Mechanical

Selasa, 02 Juli 2013

Bendungan Merowi Proyek Mubazir

Sanggau Sudah ratusan miliar rupiah dana APBN maupun APBD yang dihabiskan untuk pembangunan Bendungan Merowi di Desa Merowi, Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau. Namun hingga saat ini bendungan tersebut tidak berfungsi dengan baik. Lahan persawahan petani yang mestinya dialiri air dari bendungan tersebut ternyata kering pada musim kemarau. Parahnya lagi, pada musim hujan air di areal persawahan tergenang. “Kami tidak mengandalkan Bendungan Merowi untuk sawah kami. Karena bendungan ini dari pertama kali dibangun tidak berfungsi untuk sawah kami. Kami masih mengandalkan tadah hujan untuk pengairan,” kata Romanus Duyen, petani di kawasan bendungan Merowi. Air dari Bendungan Merowi mengalir di empat desa di Kecamatan Kembayan. Aliran air tersebut hanya digunakan masyarakat untuk mandi dan mencuci. Karena aliran air tidak bisa masuk ke areal persawahan, masyarakat yang sebelumnya menanam padi kini beralih menanam karet dan sawit. Mereka justru khawatir Bendungan Merowi jebol hingga airnya akan menggenangi kebun karet dan sawit. “Kalau kebun karet dan sawit digenangi air, tentulah akan mati. Inilah yang dikhawatirkan masyarakat sini,” ungkap Duyen. Tidak berfungsinya Bendungan Merowi mendapatkan perhatian serius Komisi C DPRD Kalbar yang membidangi infrastruktur dan pengairan. Komisi C terdiri dari H Prabasa Anantatur, H Mulyadi H Yamin, Andi Aswad, Syafrani, Timotius Ketak, Thomas Aleksander, Tapanus Tapat, M Isa, H Bahwi, Ary Pudyanti, Tony Kurniadi, dan Nicodemus Nehen. Koordinator Komici C Prabasa Anantatur mengatakan pembangunan Bendungan Merowi merupakan proyek gagal. Bendungan tersebut mulai dibangun pada tahun 1986. Anggaran yang sudah tersedot Rp100 miliar melalui beberapa tahapan bersumber dari APBN. “Kalau lihat, ini proyek gagal. Tidak ada fungsi maksimal dari Bendungan Merowi. Saya juga menyesalkan tidak hadirnya Kabid Pengairan Dinas PU Kalbar selaku leading sector pembangunan Bendungan Merowi. Sehingga kita tidak tahu persis latar belakang dibangunnya Bendungan Merowi ini,” kesal Prabasa. Sekretaris Komisi C DPRD Kalbar Andi Aswad mengatakan fungsi Bendungan Merowi sangat tidak efektif. Anggaran yang digunakan untuk membangun bendungan tersebut terkesan mubazir. “Lebih bagus danau buatan yang dibangun untuk menampung air di Bendungan Merowi dijadikan kolam ikan lele saja. Lebih jelas manfaatnya. Bahkan Kecamatan Kembayan bisa kita jadikan pusat peternakan ikan lele,” sindir Andi. Ary Pudyanti dan H Bachwi, anggota Komisi C justru berpandangan beda. Mereka menilai Bendungan Merowi salah difungsikan kalau hanya untuk mengaliri sawah petani. Sementara sawah yang ada di lokasi bendungan luasnya tidak sesuai dengan dana yang digunakan untuk membangun bendungan. Bendungan Merowi akan lebih baik dimanfaatkan untuk membangun pusat listrik tenaga air, hidro mikro, pusat perikanan dan pariwisata. “Tinggal bagaimana pemerintah memperbaiki infrastruktur jalan menuju bendungan. Kita harus bisa mencermati dengan baik manfaat dari Bendungan Merowi ini, supaya pemanfaatannya tepat sasaran dan dana yang sudah dikeluarkan tidak terkesan mubazir,” jelas Ary diiyakan Bachwi. Anggota Komisi C lainnya, Timotius Ketak mengatakan pembangunan Bendungan Merowi terkesan mubazir. Lokasi pembangunannya tidak tepat, karena Kecamatan Kembayan bukan termasuk wilayah lumbung padi di Kalbar. Mestinya pembangunan bendungan dilakukan di Kabupaten Pontianak, Kubu Raya, atau Sambas yang merupakan wilayah sentra pertanian. “Kalau memang ada tambahan dana dari pemerintah pusat, kita inginkan dialihkan saya ke pembangunan lainnya. Saya menilai, proyek Bendungan Merowi ini diselimuti kepentingan politis saja. Asas manfaatnya tidak ada,” tegas Ketak. (amk) sumber : suara rakyat ( harian equator )